Komunitas Adat 

Belajar Toleransi dari Komunitas Adat Kasoloa

Oleh: Arman Seli

Pagi hari yang cerah terdengar lonceng dari sebuah Gereja. Berselang beberapa menit para jemaat mendatangi rumah ibadah di tengah perkampungan itu.

Hari Minggu 25 November 2018 menjadi satu pembelajaran berharga. Terdengar nyanyian dari Gereja, sementara yang beragama islam terlihat di Depan rumah.

Tradisi Masyarakat di Komunitas ini di hari minggu mereka tidak pergi di kebun, bukan hanya yang beragama kristen tetapi yang islam juga demikian.

Begitu juga hari jumat mereka tidak pergi ke ladang baik yang islam maupun yang kristen.

Penelusuran penulis bahwa kebiasaan itu sudah turun-temurun mereka lakukan. Menjelang Petang masyarakat yang beragama islam juga terlihat sibuk dengan ibadah mereka. Saat itu, di waktu sholat maghrib mereka mendatangi mushola di perkampungan itu.

Menurut Dewi Aminur Seorang perempuan islam yang ditemui oleh penulis bahwa mereka sudah diajarkan toleransi sejak kecil.

Ia juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah salah dalam bertingkah seperti pergi kerumah ibadah.

Waktu kecil kami sudah diajarkan saling menghargai. tidak ada juga kami disini tertukar pergi ibadah. Jelasnya

Misalnya anak yang beragama islam ke Gereja atau sebaliknya tidak ada seperti itu. Sambung dia

Karena sudah diberitahukan orang tua sebelumnya. Tambahnya

Menurutnya bahwa setiap hari raya islam dan Kristen ada open house yang dilakukan di Bantaya setempat.

Kalo lebaran dengan natal diadakan makan bersama di hadiri oleh kedua agama. Tutupnya.

Penulis adalah penggiat masyarakat adat

Related posts

Leave a Comment